Berdasarkan PSAK 50, ekuitas adalah kontrak yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh kewajiban yang dimilikinya. Ekuitas juga merupakan instrumen keuangan seperti halnya aset keuangan dan liabilitas keuangan. Ekuitas dari suatu entitas berbeda-beda tergantung dari bentuk hukum entitas tersebut, seperti misalnya perusahaan perorangan (CV), firma dan korporasi memiliki komponen ekuitas yang berbeda-beda. Pada kesempatan ini, akuntansi mandiri akan menjelaskan tentang Akuntansi Ekuitas Pemegang Saham. Modal dalam perusahaan perorangan dan firma tidak dibagi atas saham, sehingga tanggung jawab pemilik perusahaan bersifat penuh sampai harta pribadinya. Sedangkan korporasi yang membagi modal pemilik atas saham, yang menyebabkan tanggung jawab pemilik pada saat likuidasi hanya terbatas sebesar saham yang dimiliki tanpa melibatkan harta pribadi.
Akuntansi Ekuitas Pemegang Saham |
Suatu entitas yang berupa organisasi yang tidak berbentuk perusahaan mempunyai ekuitas dalam bentuk yang berbeda-beda. Sebagai contoh untuk organisasi nirlaba seperti yayasan, lembaga swadaya masyarakat memiliki ekuitas tidak terbagi atas saham, dan juga tidak mencerminkan kepemilikan dari pendiri, biasa disebut aset bersih (aset neto). Aset bersih merupakan selisih antara aset dan liabilitas yang didalam penyajianya digolongkan sebagai terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat. Contohnya adalah sebagai berikut:
Aset Neto:
- Tidak terikat Rp 288.070
- Terikat temporer (Catatan B) Rp 60.855
- Terikat permanen (Catatan C) Rp 355.055
Jumlah Aset Neto Rp 703.975
Akuntansi Ekuitas Pemegang Saham - Komponen Ekuitas
Komponen-komponen yang biasa menjadi bagian dari ekuitas suatu entitas antara lain:
- Modal saham biasa (ordinary shares)
- Modal saham preferen (preferred shares)
- Tambahan modal disetor (share premium)
- Komponen ekuitas lainya
- Saldo laba
- Kepentingan non-pengendali
Akuntansi Ekuitas Pemegang Saham - Akuntansi Saham Biasa, Saham Preferen, dan Saham Treasuri
Penerbitan dan reakuisisi saham
Saham biasa yang diterbitkan dinilai dengan menggunakan harga pasar pada tanggal penerbitan. Selisih harga pasar dengan harga nominal (par) merupakan tambahan modal disetor. Biaya langsung yang terkait dengan penerbitan saham, mengurangi jumlah penerimaan yang didapat dari hasil penerbitan saham biasa tersebut. Pendekatan akuntansi yang digunakanan ini sama dengan yang digunakan untuk saham preferren.
Pada masa yang akan datang, saham biasa dapat dibeli kembali dan disimpan dalam ekuitas. Saham biasa yang dibeli kembali disebut sebagai saham treasuri.
Akuntansi Ekuitas Pemegang Saham - Contoh Kasus Akuntansi Ekuitas
Contoh Kasus 1: Penerbitan saham biasa
PT. KAW didirkan dengan modal sebesar Rp 10 milyar yang terdiri atas saham biasa sebanyak 1.000.000 lembar, dengan nilai nominal/par Rp 10.000. Pada tanggal 5 Januari 2017, PT. KAW menerbitkan 25% dari modal dasarnya, dimana pada tanggal penerbitan, saham tersebut dijual dengan harga Rp 10.500 per lembar. Biaya yang terkait dengan penerbitan saham seperti fee audit dan beban legal sejumlah Rp 75 juta dibayarkan pada tanggal penerbitan saham. Maka jurnal yang harus dibuat oleh PT. KAW adalah ?
Dr. Kas Rp 2.625.000.000*
Cr. Modal saham biasa Rp 2.500.000.000
* Rp 10.500 x 250.000 lembar (karena 25%) = Rp 2.625.000.000
Dr. Biaya penerbitan saham Rp 75.000.000
Cr. Kas Rp 75.000.000
Contoh Kasus 2: Penerbitan saham preferren
PT. KRO pada 5 Januari 2017 menerbitkan 10.000 lembar saham preferren dengan nilai nominal Rp 100.000 per lembar dan mendapatkan pembayaran tunai sebesar Rp 120.000 per saham. Maka jurnal yang harus dibuat oleh PT. KRO adalah ?
Dr. Kas Rp 1.200.000.000**
Cr. Modal saham preferen Rp 1.000.000.000
Cr. Tambahan modal disetor - saham preferen Rp 200.000.000
** Rp 100.000 x 10.000 lembar = Rp 1.000.000.000
Contoh kasus 3: Reakuisisi saham treasuri (buyback saham treasuri)
PT. DAR menerbitkan 20.000 lembar saham biasa dengan nilai par Rp 300 pada harga Rp 500 per lembar pada tanggal 01 Januari 2017. Saldo laba perusahaan pada saat itu adalah Rp 50.000.000. Adapun pada tanggal-tanggal tertentu terdapat transaksi sebagai berikut:
- Pada tanggal 03 Mei 2017, PT DAR melakukan reakuisisi saham sebanyak 5.000 lembar saham dengan harga Rp 700
- Pada tanggal 02 Juni 2017, PT DAR menjual kembali saham treasuri sebanyak 500 lembar dengan harga Rp 900 per lembar
- Pada tanggal 07 Juli 2017, PT DAR menjual kembali saham treasuri sebanyak 500 lembar dengan harga Rp 500
- Pada tanggal 08 Agustus, PT. DAR menjual kembali saham treasuri nya sebanyak 1.000 lembar dengan harga Rp 550
Maka jurnal yang harus dibuat adalah ?
Dr. Kas Rp 10.000.000*
Cr. Modal saham biasa Rp 6.000.000**
Cr. Tambahan modal disetor Rp 4.000.000
* Rp 500 x 20.000 lembar = Rp 10.000.000
** Rp300 x 20.000 lembar = Rp 6.000.000
Dr. Saham treasuri Rp 3.500.000*
Cr. Kas Rp 3.500.000*
* Rp 700 x 5.000 lembar = Rp 3.500.000
Dr. Kas Rp 450.000*
Cr. Saham treasuri Rp 350.000**
Cr. Tambahan modal disetor - saham treasuri Rp 100.000
* Rp 900 x 500 lembar = Rp 450.000
** Rp 700 x 500 lembar = Rp 350.000
Dr. Kas Rp 250.000*
Cr. Tambahan modal disetor - saham treasuri Rp 100.000
Cr. Saham treasuri Rp 350.000**
* Rp 500 x 500 lembar = Rp 250.000
** Rp 700 x 500 lembar = Rp 350.000
Dr. Kas Rp 550.000*
Dr. Tambahan modal disetor - saham treasuri Rp 100.000
Dr. Saldo laba Rp 50.000
Cr. Saham treasuri Rp 700.000**
* Rp 550 x 1.000 lembar = Rp 550.000
** Rp 700 x 100 lembar = Rp 700.000
Akuntansi Ekuitas Pemegang Saham - Kebijakan Dividen dan Contoh Kasus
Dividen merupakan proses distribusi laba perusahaan secara proporsional kepada pemilik saham yang disesuaikan dengan kepemilikan jumlah saham. Tahap distribusi dividen kepada pemegang saham ada 3 yaitu :
- Tanggal pengumuman (date of declaration)
- Tanggal pendaftaran (date of record)
- Tanggal pembayaran (date of payment)
Dividen diakui pada saat tanggal pengumuman dan dibayarkan pada saat pada tanggal pembayaran. Adapun pencactatan akuntansi dari adanya kebijakan dividen adalah sebagai berikut:
Contoh kasus: Pengumuman dan pembayaran dividen kas
Tanggal 04 Mei 2017 PT BOX mengumumkan pembayaran dividen kas sebesar Rp 300 per lembar atas 300.000 lembar saham yang terutang pada tanggal 15 Juni 2017 kepada semua pemegang saham biasa yang tercatat pada tanggal 18 Mei 2017. Catatatlah transaksi ini dengan ayat jurnal yang harus dibuat ?
Dr. Saldo laba Rp 90.000.000*
Cr. Utang dividen Rp 90.000.000
* Rp 300 x 300.000 lembar = Rp 90.000.000
18 Mei 2017 - Tidak ada jurnal
Dr. Hutang dividen Rp 90.000.000
Cr. Kas Rp 90.000.000
Akuntansi Ekuitas Pemegang Saham - Komponen Ekuitas Lainya
PSAK 1 memperkenalkan adanya penghasilan komprehensi lain (OCI). OCI merupakan pendapatan dan beban yang tidak diakui melalui laporan laba rugi, namun langsung diakui sebagai komponen ekuitas. PSAK 1 mengelompokan OCI ini menjadi 2 golongan yakni:
Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi
- Keuntungan revaluasi aset tetap
- Pengukuran kembali atas program imbalan kerja
Pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi
- Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
- Selisih nilai wajar aset keuangan tersedia untuk dijual
- Keuntungan/kerugian dari aktivitas lindung nilai arus kas
Kedua golongan tersebut disajikan dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lainya secara bersih setelah pajak. Jika laba/rugi yang terdapat dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lainya ditutup dan ditransfer ke saldo laba, maka OCI ditutup dan ditransfer ke ekuitas sebagai akumulasi OCI yang merupakan bagian dari komponen ekuitas lainya.Tambahan modal disetor yang bukan berasal dari penerbitan saham biasa/preferen.
Demikian penjelasan dari kami tentang Akuntansi Ekuitas Pemegang Saham. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan selamat belajar!
Posting Komentar